MAKALAH SEPAK TAKRAW

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sepaktakraw  merupakan  salah  satu  materi  pilihan  yang  dikembangkan  di lingkungan  sekolah SD Negeri 2 Rawa Kecamatan Lumbung Kabupaten Ciamis. Tidak setiap sekolah  mengembangkan  permainan  sepaktakraw.  Hal  ini  disebabkan  beberapa alasan,  di  antaranya  sepaktakraw  kurang  membudaya  jika  dibandingkan  dengan olahraga  permainan  seperti  bolavoli,  sepakbola  atau  bola  basket.  Disisi  lain biasanya  sekolah  tidak  memiliki  area  untuk  membuat  lapangan  permainan sepaktakraw,  sehingga  lebih  mengutamakan  area  untuk  cabang  olahraga  yang wajib  diajarkan  dalam  pendidikan  jasmani  seperti  lapangan  bolavoli  atau  bola basket.  Meskipun  sepaktakraw  kurang  berkembang  di  lingkungan  sekolah,  tetapi pada  event-event  tertentu  seperti  O2SN antar  tingkat  Sekolah Dasar (SD). Adanya event-event seperti O2SN,  sehingga  masih  ada  sekolah  yang  mengembangkan permainan sepaktakraw di lingkungan sekolahnya.   
Upaya  meningkatkan  keterampilan  bermain  sepaktakraw  harus  dilakukan latihan  secara  sistematis  dan  kontinyu.  Hal  yang  mendasar  yang  harus dikembangkan agar siswa memiliki keterampilan bermain sepaktakraw menguasai macam-macam  teknik  dasar  sepaktakraw.  Macam-macam  teknik  dasar sepaktakraw  di  antaranya:  sepak  sila,  sepak  kuda,  sepak  badak,  sepak  cungkil, heading, memaha, mendada, menapak, sepak mula, smash, dan blocking.
Servis atau disebut sepak mula merupakan teknik dasar sepaktakraw yang memiliki peran penting untuk mendapatkan point atau nilai. Servis dilakukan oleh tekong  yang  mendapat  lemparan  dari  apit  kanan  atau  kiri.  Untuk  mendapatkan point melalui servis, maka harus dilakukan dengan keras dan tajam dan diarahkan  dalam  permainan  lawan  yang  sulit  dijangkau.  Dalam  Peraturan  Permainan  dan Penuntun Pelatih Sepak Takarw (2001: 34) dijelaskan, “Servis adalah suatu gerak kerja  yang  penting  dalam  permainan  sepaktakraw,  karena  point  hanya  dapat dibuat  oleh  regu  yang  melakukan  servis”.  Servis  merupakan  cara  pertama  untuk mendapatkan  point  atau  nilai.  Untuk  melakukan  servis  yang  keras  dan  tajam tidaklah mudah, dibutuhkan cara belajar yang baik dan tepat. 
Servis sepaktakraw merupakan suatu keterampilan yang sulit dan memiliki unsur  gerakan  yang  kompleks.  Upaya  meningkatkan  kemampuan  servis sepaktakraw  bagi  siswa  sekolah  harus  diterapkan  cara  mengajar  yang  tepat.  Jika suatu keterampilan sulit dan gerakannya kompleks, maka harus dilakukan dengan cara  yang  mudah.  Rusli  Lutan  dan  Adang  Suherman  (2000:  68)  menyatakan, “Perluasan isi atau  materi  maksudnya adalah penyusunan aktivitas belajar secara progresif  dari  yang  mudah  ke  yang  sukar  atau  dari  yang  sederhana  ke  yang kompleks”. 
Berdasarkan  hal  tersebut,  maka  untuk  memberi  kemudahan  dalam pembelajaran servis sepaktakraw dapat dilakukan dengan cara bola dilambungkan sendiri  dan  bola  dilempar  (diumpan).  Pembelajaran  servis  dengan  cara  bola dilambungkan sendiri dan dengan bola dilempar merupakan bentuk pembelajaran yang  memiliki  karakteristik  berbeda.  Pembelajaran  servis  sepaktakraw  dengan dengan  cara  bola  dilambungkan  sendiri  merupakan  bentuk  pembelajaran  yang dilakukan  dari  cara  yang  mudah,  sehingga  kontrol  bola  sepenuhnya  dilakukan oleh  tekong  (server).  Sedangkan  pembelajaran  servis  sepaktakraw  dengan  bola dilempar  merupakan  bentuk  pembelajaran  yang  yang  berorientasi  pada karakteristik  permainan  sebenarnya. 
Dari  kedua  bentuk  pembelajaran  servis sepaktakraw  tersebut,  masing-masing  memiliki  kelebihan  dan  kelemahan, sehingga belum ditehaui tingkat efektifitasnya terhadap peningkatan kemampuan servis  sepaktakraw.  Karena  kemampuan  servis  sepaktakraw  tidak  hanya dibutuhkan  bentuk  pembelajaran  yang  baik  dan  tepat,  tetapi  harus    didukung kemampuan  fisik  yang  baik.  M.  Sajoto  (1995:  8)  menyatakan,  “Kondisi  fisik adalah  satu  prasyarat  yang  sangat  diperlukan  dalam  usaha  peningkatan  prestasi seorang  atlet,  bahkan  dapat  dikatakan  sebagai  keperluan  dasar  yang  tidak  dapat ditunda-tunda  atau  ditawar-tawar  lagi”.  Sedangkan  Sudjarwo  (1993:  41)  bahwa, “Keterkaitan  antara  kemampuan  fisik  dan  teknik  tidak  dapat  dipisahkan.
Penguasaan  teknik  yang  baik  hanya  dapat  dilakukan  apabila  memperoleh dukungan kemampuan fisik yang baik pula”.  Kemampuan  servis  sepaktakraw  dapat  dilakukan  dengan  baik  perlu didukung  kemampuan  fisik  yang  baik  pula.  Salah  satu  unsur  kondisi  fisik  yang mendukung  gerakan  servis  sepaktakraw  di  antaranya  koordinasi  mata-kaki.
Koordinasi  mata-kaki  berperan  dalam  gerakan  servis  sepaktakraw  terutama  pada saat  bola  dilambungkan  apit  kanan  atau  apit  kiri,  kemudian  dengan  segera  kaki tekong menyepak bola dan diarahkan ke daerah permainan lawan. Oleh karena itu, dalam  membelajaran  servis  sepaktakraw  dengan  bola  dilambungkan  sendiri  dan dilempar harus didukung koordinasi mata-kaki agar servis dapat dilakukan dengan baik. 
Apakah  benar  tingkat  koordinasi  mata-kaki  dapat  mendukung  kemampuan servis sepaktakraw. Nampaknya hal ini perlu dibukikan, karena koordinasi mata-kaki  bukan  merupakan  satu-satunya  komponen  kondisi  fisik  yang  dapat mempengaruhi kemampuan servis sepaktakraw, tetapi masih ada faktor lain yang dapat  mendukung  kemampuan  servis  sepaktakraw  seperti,  keseimbangan, kelincahan,  power,  penguasaan  teknik  dan  lain  sebagainya.  Sehingga  baik tidaknya  koordinasi  mata-kaki  yang  dimiliki  siswa  belum  dapat  dijadikan  tolok ukur  kemampuan  servis  sepaktakraw  berbeda.  Upaya  mengetahui  pengaruh pembelajaran  servis  sepaktakraw  antara  bola  dilambungkan  sendiri  dan  dilempar serta  pengaruh  koordinasi  mata-kaki  terhadap  kemampuan  servis  sepaktakraw, maka  perlu  dikaji  dan  diteliti  secara  lebih  mendalam  bak  secara  teori  maupun praktek melalui penelitian eksperimen.
Berdasarkan  latar  belakang  masalah  yang  telah  dikemukakan  di  atas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai  berikut:
1.  Sekolah  tidak  memiliki  prasarana  dan  sarana  permainan sepaktakraw.
2.  Permainan sepaktakraw kurang disenangi siswa dibandingkan dengan cabang olahraga permainan lainnya.
3.  Para  siswa  putra  calon atlet O2SN masih  rendah  dalam  penguasaan  teknik  dasar  sepaktakraw  dan perlu ditingkatkan
4.  Kemampuan  kondisi  fisik  siswa  putra  calon atlet O2SN belum diketahui.
5.  Belum  diketahui  pengaruh  mata-kaki  terhadap  kemampuan  servis  dalam permainan sepaktakraw.
6.  Belum  diketahui  pengaruh  pembelajaran  servis  antara  bola  dilambungkan sendiri  dan  bola  dilempar  terhadap  peningkatan  hasil  belajar  servis sepaktakraw.
7.  Kemampuan servis sepaktakraw siswa putra calon atlet O2SN belum diketahui.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan  identifikasi  masalah,  pembatasan  masalah  di  atas,  masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 
1.  Sejauhmana sarana prasarana sepaktakraw mempengaruhi terhadap prestasi sepaktakraw?
2.  Bagaimana visi misi sekolah dalam membangkitkan motivasi belajar sepaktakraw?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas penulis dapat menggambarkan tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut :
1.  Ingin mengetahui sarana prasarana sepaktakraw mempengaruhi terhadap prestasi sepaktakraw.
2.  Ingin mengetahui visi misi sekolah dalam membangkitkan motivasi belajar sepaktakraw?



5
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Sepak Takraw
1.  Pengertian Sepak Takraw
Sepaktakraw  merupakan  olahraga  permainan  yang  dimainkan  oleh  dua regu  dan  dimainkan  di  lapangan  berbentuk  empat  persegi  panjang.  Permainan sepaktakraw dilakukan dengan menggunakan bola yang terbuat dari rotan. Setiap regu terdiri dari tiga orang pemain. Menurut Ucup Yusuf dkk., (2001: 10) bahwa:

Permainan sepaktakraw dilakukan di lapangan berukuran 13,4 m X 6,10 m yang dibagi oleh dua garis dan net (jaring) setinggi 1,55 dengan lebar 72 cm  dan  lubang  jaring  sekitar  4-5  cm.  Bola  yang  dimainkan  terbuat  dari rotan atau fiber glass yang diayam dengan lingkaran 42-44 cm. Permainan sepaktakraw  dilakukan  oleh  dua  regu  yang  berhadapan  di  lapangan  yang dipisahkan oleh jaring (net) yang terbentang membelah lapangan menjadi dua bagian. Setiap regu yang berhadapan terdiri atas 3 orang pemain yang bertugas  sebagai  tekong  yang  berdiri  paling  belakang,  dua  orang  lainnya menjadi pemain depan yang berada di sebelah kiri dan kanan yang disebut apit kiri dan apit kanan. 

Permainan  sepaktakraw  dimainkan  tanpa  menggunakan  tangan  untuk memukul  bola,  bahkan  tidak  boleh  menyentuh  lengan.  Bola  hanya  boleh menyentuh  atau  dimainkan  dengan  kaki,  dada,  bahu  dan  kepala.  Permainan sepaktakraw  diawali  dengan  sepak  mula  sebagai  servis  yang  dilakukan  oleh tekong. Sepak  mula dilakukan oleh tekong  atas lambungan bola oleh pelambung yang  diarahkan  ke  tekong.  Tekong  harus  berada  di  dalam  lingkaran  yang  telah disediakan.  Begitu  juga  untuk  tekong,  pada  waktu  melakukan  sepak  mula  salah satu  kakinya  harus  tetap  berada  di  dalam  lingkaran  tempat  tekong  melakukan sepak  mula.  Tekong  harus  mengarahkan  bola  ke  daerah  lawan  melalui  atas  net (jaring).  Di  lain  pihak  lawan  harus  menerima  bola  dan  mengembalikannya  ke daerah lawan. Pihak lawan diberi kesempatan menyentuh bola sebanyak tiga kali.
Peningkatan  prestasi  olahraga  menuntut  adanya  perbaikan  dan pengembangan  unsur  teknik  untuk  mencapai  tujuannya.  Teknik  dikatakan  baik apabila  ditinjau  dari  segi  anatomis,  fisiologis,  mekanika,  biomeknika  dan  mental terpenuhi  persyaratannya  secara  baik,  dapat  diterapkan  dalam  praktek  dan memberikan  sumbangan  terhadap  pencapaian  prestasi  maksimal.  Menurut  Ucup Yusuf  dkk.,  (2001:  30-42)  bahwa,  “Teknik  dasar  sepaktakraw  terdiri  dari  sepak sila,  sepak  kuda,  sepak  badak,  sepak  cungkil,  heading,  memaha,  mendada, menapak, sepak mula, smash, dan blocking”. Berdasarkan  pendapat  tersebut  menunjukkan  bahwa,  teknik  dasar permainan  sepaktakraw  terdiri  dari  11  macam  yatiu:  sila,  sepak  kuda,  sepak badak, sepak cungkil, heading, memaha, mendada, menapak, sepak mula, smash, dan blocking. Agar dapat bermain sepaktakraw dengan baik, maka macam-macam teknik dasar sepaktakraw harus dikuasai dengan benar.
2.  Pengertian Servis Sepaktakraw
Servis atau disebut sepak mula dalam permainan sepaktakraw merupakan salah  satu  teknik  dasar  sepaktakraw  sebagai  tanda  dimulainya  permainan.  Servis dilakukan  oleh  tekong  yang  mendapat  umpan  atau  lemparan  dari  pemain  apit kanan atau pemain apit kiri. Berkaitan dengan servis Ucup Yusuk dkk., (2001: 15) menyatakan:

Permainan sepaktakraw dimulai dengan lambungan bola yang terbuat dari rotan  atau  fiber  oleh  apit  kiri  atau  apit  kanan  yang  diarahkan  kepada tekong.  Tekong  harus  siap  melakukan  sepak  mula  yang  diarahkan  ke daerah  lawan  melalui  atas  jaring  baik  menyentuh  bibir  net  atau  pun langsung menuju lapangan lawan.  

Pendapat  tersebut  menunjukkan  bahwa,  servis  bertujuan  memulai permainan  dan  bola  dinyatakan  sah  apabila  menyentuh  bibir  net.  Di  samping  itu juga, servis merupakan serangan pertama untuk mendapatkan point bagi tim yang mendapat  kesempatan  servis.  Hal  ini  seperti  dijelaskan  dalam  Peraturan Permainan dan Penuntun Pelatih Sepaktakraw (2001: 34) bahwa:

Sevis  adalah  suatu  gerak  kerja  yang  penting  dalam  permainan sepaktakraw,  karena  point  hanya  dapat  dibuat  oleh  regu  yang  melakukan servis.  Kegagalan  dalam  servis  berati  hilangnya  kesempatan  regu  untuk mendapatkan  point  dan  memberikan  kesemapatan  kepada  pihak  lawan untuk membuat angka atau point.   

Regu  yang  mendapat  kesempatan  servis  mempunyai  peluang  besar  untuk mendapatkan  angka.  Agar  servis  menghasilkan  angka,  maka  harus  dilakukan sesulit  mungkin  dan  diarahkan  pada  kelemahan  lawan.  Servis  yang  keras  justru akan  mengakibatkan  bola  menyangkut  net.  Lebih  lanjut  dijelaskan  dalam Peraturan Permainan dan Penuntun Pelatih Sepaktakraw (2001: 35) bahwa:
Tujuan  suatu  servis  hendaklah  dipusatkan  kepada  pengacauan  permainan atau  pertahanan  lawan,  sehingga  dapat  mengatur  serangan-serangan  yang mantap. Oleh sebab itu, servis hendaklah dilakukan dengan berbagai cara supaya  mengacaukan  pihak  lawan  terhadap  sasaran  servis  yang  akan  kita lakukan  seterusnya.  Regu  yang  melakukan  servis  itu  haruslah  pandapai mencari tempat-tempat lemah pihak lawan supaya tekongnya melancarkan servis yang tepat.  
Kunci dari servis sepaktakraw yaitu diarahkan pada kelemahan lawan. Hal ini  dimaksudkan  untuk  mengacaukan  pertahanan  lawan,  sehingga  akan memudahkan melakukan serangan. Namun disisi lain servis yang keras dan tajam juga penting untuk mematikan pertahanan lawan. Untuk itu, regu yang mendapat kesempatan  servis  harus  pandai-pandai  memanfaatkan  servis  agar  memperoleh point atau angka. Untuk mendapatkan point melalui servis, maka seorang tekong harus  menguasai  macam-macam  servis  dalam  permainan  sepaktakraw. 

Menurut Peraturan  Permainan  dan  Penuntun  Pelatih  Sepaktakraw  (2001:  35)  jenis-jenis servis sepaktakraw antara lain:

1)  Servis gaya bebas (Freestyle service)
2)  Servis keras dan tajam (Spike service)
3)  Servis tinggi (Lob service)
4)  Servis tipu (Trick service)
5)  Servis sudut (Corner/Angle service)
6)  Servis sekrup (scrow service)

Menguasai  jenis-jenis  servis  sepaktakraw  tersebut  sangat  penting  untuk seorang  tekong.  Dengan  menguasai  jenis-jenis  servis  tersebut,  lawan  akan kesulitan memprediksi jenis servis yang akan dilancarkan. Untuk menguasai jenis-jenis  servis  sepaktakraw  tersebut  harus  dilakukan  latihan  seacara  sistematis  dan kontinyu.

B. Hakikat Pembelajaran
1.  Pengertian Pembelajaran
Seiring  dengan  perkembangan  dan  kemajuan  dalam  bidang  pendidikan, prinsip  dari  pembelajaran  mengalami  perubahan.  Pembelajaran  tidak  hanya sekedar  guru  menyampaikan  ilmu  pengetahuan  atau  keterampilan  kepada  siswa, tetapi pembelajaran sekarang ini merupakan suatu proses agar siswa belajar sesuai dengan  kemampuannya.  M. Sobry Sutikno  (2009:  32) berpendapat  pembelajaran adalah  “Segala  upaya  yang  dilakukan  guru  (pendidik)  agar  terjadi  proses  belajar pada  diri  siswa”. 
Menurut    Syaiful  Sagala  (2005:  62)  bahwa,  “Pembelajaran adalah  proses  interaksi  peserta  didik  dengan  pendidik  dan  sumber  belajar  pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru  untuk  mengembangkan  kreatifitas  berfikir  yang  dapat  meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan  baru  sebagai  upaya  meningkatkan  penguasaan  yang  baik  terhadap materi  pelajaran”.  Menurut  Nana  Sudjana  (2005:  35)  bahwa,  “Kriteria keberhasilan  pengajaran  ada  dua  yaitu  (1)  kriteria  ditinjau  dari  sudut  prosesnya (by  process)  dan  (2)  kriteria  ditinjau  dari  sudut  hasil  yang  dicapainya  (by product)”.
Kriteria  dari  sudut  proses  menekankan  kepada  pengajaran  sebagai  suatu proses haruslah merupakan interaksi dinamis, sehingga siswa sebagai subjek yang belajar  mampu  mengembangkan  potensinya  melalui  belajar  sendiri  dan  tujuan yang telah ditetapkan tercapai secara efektif. Kriteria dari segi hasil (by product) menekankan kepada tingkat penguasaan tujuan oleh siswa bagi dari segi kualitas maupun kuantitas.  Kedua kriteria tersebut tidak bisa berdiri sendiri, tetapi harus merupakan  hubungan  sebab  akibat.  Dengan  demikian,  pengajaran  bukan  hanya mengejar  hasil  yang  setinggi-tingginya  sambil  mengabaikan  proses,  tetapi keduanya  ada  dalam  keseimbangan.  Dengan  kata  lain,  pembelajaran  tidak  hanya semata-mata output oriented tetapi proses  oriented. Untuk mencapai hal tersebut, maka  seorang guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya sebagai  suatu  pelajaran  yang  dapat  mengembangkan  kemampuan  berfikir  siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa  untuk  belajar  dengan  perencanaan  yang  matang.  Dalam  proses pembelajaran  inilah,  peran  guru  dan  siswa  telah  mengalami  perubahan. 
Berdasarkan  pengertian  pembelajaran  dan  karakteristik  dari  pembelajaran dapat  disimpulkan,  pembelajaran  merupakan  suatu  kegiatan  yang  dirancang  oleh guru  untuk  membantu  peserta  didik  mempelajari  suatu  kemampuan  atau  nilai yang  baru  dalam  suatu  proses  yang  sistematis  melalui  tahap  rancangan, pelaksanaan  dan  evaluasi  dalam  konteks  kegiatan  pembelajaran.  Dalam  proses pembelajaran itu dikembangkan melalui pola pembelajaran yang menggambarkan kedudukan  serta  peran  pendidik  dan  peserta  didik  dalam  proses  pembelajaran. Pendidik  sebagai  sumber  belajar,  penentu  metode  belajar,  dan  juga  penilai kemajuan belajar.
2.  Hakikat Belajar Gerak
Belajar gerak atau keterampilan mempunyai pengertian yang sama seperti belajar pada umumnya. Tetapi dalam belajar keterampilan memiliki karakteristik tertentu.  Belajar  gerak  mempelajari  pola-pola  gerak  keterampilan  tubuh.  Proses belajarnya  melalui  pengamatan  dan  mempraktekkan  pola-pola  gerak  yang dipelajari.  Intensitas  keterlibatan  unsur  domain  kemampuan  yang  paling  tinggi adalah  domain  psikomotor  yang  berarti  juga  termasuk  domain  fisik.  Di  dalam belajar  gerak  bukan  berarti  domain  kognitif  dan  domain  afektif  tidak  terlibat  di dalamnya.  Semua  unsur  kemampuan  individu  terlibat  di  dalam  belajar  gerak, hanya saja intensitas keterlibatannya berbeda-beda. Intensitas keterlibatan domain kognitif  dan  domain  afektif  relatif  lebih  kecil  dibandingkan  keterlibatan  domain psikomotor.  Keterlibatan  domain  psikomotor  tercermin  dalam  respon-respon muskular yang diekspresikan dalam gerak-gerakan tubuh secara keseluruhan atau bagian-bagian  tubuh.  Berkaitan  dengan  belajar  gerak,  Sugiyanto  (1996:  27)  menyatakan,  “Belajar  gerak  adalah  belajar  yang  diwujudkan  melalui  respon-respon  muskular  yang  diekspresikan  dalam  gerakan  tubuh  atau  bagian  tubuh”.
Menurut  Rusli  Lutan  (1988:  102)  bahwa,  “Belajar  motorik  adalah  seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan permanen dalam perilaku terampil”.
Berdasarkan  dua  pendapat  tersebut  dapat  disimpulkan,  belajar  gerak (motorik)  merupakan  perubahan  perilaku  motorik  berupa  keterampilan  sebagai hasil  dari  latihan  dan  pengalaman.  Upaya  menguasai  keterampilan  gerak diperlukan  proses  belajar  yaitu  proses  belajar  gerak.

C. Sarana dan Prasarana dalam Menunjang Prestasi Sepaktakraw
Sarana adalah perlengkapan yang dapat dipindah-pindahkan untuk mendukung fungsi kegiatan dalam satuan pendidikan. Sarana ini dapat meliputi peralatan, perabotan, media pendidikan, peralatan penunjang kegiatan belajar mengajar, dan buku. Selain itu, sarana juga merupakan segala sesuatu yang dipakai dalam proses pendidikan sebagai alat dalam mencapai makna dan tujuan dalam suatu pendidikan. (pojokpenjas.wordpress.com)
Sarana olahraga merupakan sumber daya pendukung yang terdiri dari segala bentuk dan jenis peralatan serta perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan olahraga. Sarana olahraga dapat berupa net, bola, lembing, pluit, stopwatch, sepatu, raket, dan lain-lain. (rossy46nelli.wordpress.com.2009:12)
Jadi menurut kelompok kami, sarana adalah sumber daya serta alat pendukung untuk menunjang kebutuhan kegiatan dalam suatu pendidikan jasmani dan merupakan alat yang dalam penggunaannya dapat dipindah-pindah dan dapt disimpan disuatu tempat agar dapat digunakan kembali saat diperlukan. Contohnya bola, net, kostum, raket, dan lain-lain.
Prasarana merupakan suatu kebutuhan dasar kegiatan dalam suatu pendidikan jasmani, misalnya lapangan, dan gedung. Kesemuanya ini merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan olahraga yang harus dipenuhi. (rossy46nelli.wordpress.com.2009:13)
Menurut Victory yang dalam blognya mengemukakan bahwa prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses. (victory-wahyudy-blogspot.com.2010:03)
Prasarana juga dapat diartikan suatu bentuk permanen, baik itu berupa ruangan didalam maupun diluar. Misalnya gymnasium, lapangan permainan, kolam renang, dan lain sebagainya. (sudrajat.2001:23)
Banyak sekali penerapan olahraga di sekolah-sekolah di Indonesia untuk prestasi serta pendidikan saja, terkadang terdapat sarana dan prasarana yang bisa dimanfaatkan sebagai pendidikan jasmani dan rekreasi walau kurang memadai. Misalnya lapangan olahraga permainan bola basket yang dapat juga disambilkan untuk permainan futsal dengan menambah gawang yang tidak permanen. Selain itu, lapangan bulu tangkis yang juga dapat dimanfaatkan sebagai lapangan sepak takraw. Sehingga dengan prasarana yang ada dapat difungsikan bukan hanya satu fungsi, melainkan beberapa fungsi.
Prasarana menurut kelompok kami dapat diartikan yakni suatu sumber daya serta alat pendukung yang dapat digolongkan permanen, dimana sumber daya ini dalam penggunaannya tidak dapat dipindah-pindahkan maupun disimpan disuatu tempat. Prasarana yang dimaksud yakni lapangan baik itu indoor maupun outdoor, bak lompat jauh, kolam renang, dan lain-lain.
Fungsi prasarana beserta sarananya adalah sebagai lokasi atau tempat dalam bisnis maupun aktivitas olahraga. Sehingga akan saling mendukung dengan adanya tempat dan juga perlengkapan beraktivitas.
Selain itu sarana dan prasarana yang berkualitas baik juga berperan penting dalam keselamatan penggunanya, sehingga dapat mengurangi faktor cidera dalam pelaksanaan kegiatan yang menggunakan sarana dan prasarana tersebut. (victory-wahyudy-blogspot.com.2010:07)
Dalam kegiatan olahraga banyak ditemukan kecelakaan yang mengakibatkan cidera ringan maupun parah. Disinilah sarana memiliki banyak fungsi sebagai pendukung. Salah satunya sebagai protector atau pelindung demi meminimalisasikan terjadinya kecelakaan. Contohnya Mobil F2008 memasang pengaman lateral di dekat kepala pembalap. Fungsi alat tersebut adalah agar kepala pembalap tetap aman saat terjadi kecelakaan. (Ari Diaz, www.tribunkaltim.com)
Jadi fungsi dari sarana dan prasarana menurut kelompok kami yakni dapat disimpulkan sebagai alat pendukung dan membantu kelancaran terlaksananya suatu kegiatan jasmani, dengan demikian akan terwujudnya suatu kegiatan jasmani yang berkualitas bila didukung oleh sarana dan prasarana yang juga berkualitas baik.
Banyak fasilitas olahraga yang pemakaiannya belum sesuai dengan kondisi sebenarnya. Fasilitas tersebut penggunaannya belum sesuai dengan kebutuhan sekolah bahkan terkesan sia-sia dalam pengadaannya karena tidak terawat dengan baik dan pengalihan fungsi fasilitas tersebut yang tidak tepat. (rosy46nelli.wordpress.com.2009:06)
Seperti halnya bermain sepak takraw di lapangan tanah yang tidak rata. Latihan yang seperti ini tidak akan mempunyai banyak nilai daya guna. Karena sebenarnya latihan sepak takraw yang benar adalah di lapangan beralas semen dengan memakai sepatu sepak takraw. Sehingga jika dimanfaatkan secara benar maka manfaat yang diperoleh sangat banyak. Tidak lain manfaat sarana prasarana adalah dapat meningkatkan kualitas kesehatan serta mendukung berlangsungnya perlombaan dan pertandingan.
Selain itu bila penggandaan fungsi fasilitas dilakukan dengan tepat, akan lebih menghemat lahan apalagi bagi sekolah yang memiliki lahan terbatas, dengan dilakukannya penggandaan fasilitas tersebut proses berlangsungnya praktek yang menggunakan fasilitas tersebut dapat berjalan dengan baik. Contohnya lapangan bulu tangkis bisa juga dimanfaatkan sebagai lapangan sepak takraw.
Kami dapat menarik benang kesimpulan bahwa dengan memanfaatkan sarana dan prasarana dengan baik dan sesuai dengan kegunaannya dapat meningkatkan kualitas kesehatan dan sedikit banyak dapat membantu kelancaran kegiatan jasmani.

D. Visi Misi Sekolah dan Motivasi Calon Atlet Sepaktakraw
Mempraktikkan  gerakan  merupakan  kondisi  belajar  yang  paling  berat dalam  belajar  gerak.  Siswa  harus  mengerahkan  tenaganya  untuk  melakukan gerakan  berulang  kali.  Siswa  harus  memerangi  rasa  lelah,  dan  kadang-kadang harus memerangi rasa bosan. Agar kelelahan tidak cepat terjadi atau kalau terjadi tidak  begitu  dirasakan,  serta  tidak  cepat  terjadi  kebosanan  pada  diri  siswa, menciptakan kondisi praktik yang bervariasi sangat diperlukan. Disini diperlukan kreativitas guru untuk menciptakan variasi pembelajaran.  
Variasi  bisa  diciptakan  dalam  berbagai  hal,  misalnya  pengaturan  tempat praktik,  pengaturan  formasi  dan  kelompok,  pengaturan  giliran,  pengunaan  alat-alat,  cara  memberikan  instruksi,  cara  pemberian  umpan  balik  dan  cara-cara pendekatan dengan siswa.
Siswa  melakukan  suatu  tugas  dari  guru  tentu  dipengaruhi  oleh  keadaan psikologisnya.  Di  dalam  mempraktikkan  gerakan  agar  melakukannya  dengan sungguh-sungguh,  siswa  perlu  mempunyai  motivasi  yang  kuat  untuk  menguasai gerakan dan mempunyai semangat untuk berusaha.  Motivasi  untuk  menguasai  gerakan  bisa  timbul  anatar  lain:  apabila  siswa berminat  terhadap  gerakan.  Sedangkan  minat  dapat  timbul  apabila  siswa  merasa bahwa  gerakan  yang  dipelajari  tersebut  memberikan  manfaat  bagi  dirinya  atau paling tidak bisa memberikan kegembiraan atau kesenangan.
Semangat berusaha bisa ditimbulkan atau ditingkatkan antar alain melalui cara menciptakan suasana kompetitif di antara para siswa. Dengan adanya suasana kompetitif, siswa akan berusaha berbuat sebaik-baiknya untuk bisa lebih baik dari teman-teman  yang  lain.  Cara  lain  untuk  memberikan  dorongan  semangat  adalah memberikan instruksi atau arahan menggunakan kalimat-kalimat atau isyarat yang membangkitkan  keoptimisan  pada  diri  siswa,  bahwa  ia  akan  mampu  mencapai keberhasilan  melakukan  gerakan  melalui  mempraktikkan  berulang-ulang.  Pujian perlu  diberikan  apabila  siswa  berhasil  dengan  baik  mempraktikkan  gerakan,  dan dorongan untuk berusaha lagi diberikan kepada siswa yang belum berhasil dengan baik.



14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sarana adalah sumber daya serta alat pendukung untuk menunjang kebutuhan kegiatan dalam suatu pendidikan jasmani dan merupakan alat yang dalam penggunaannya dapat dipindah-pindah dan dapat disimpan disuatu tempat agar dapat digunakan kembali saat diperlukan. Prasarana dapat diartikan yakni suatu sumber daya serta alat pendukung yang dapat digolongkan permanen, dimana sumber daya ini dalam penggunaannya tidak dapat dipindah-pindahkan maupun disimpan disuatu tempat. Sehingga sarana dan prasarana sangat dibutuhkan dalam suatu cabang olahraga.
Semangat berusaha bisa ditimbulkan atau ditingkatkan antar alain melalui cara menciptakan suasana kompetitif di antara para siswa. Dengan adanya suasana kompetitif, siswa akan berusaha berbuat sebaik-baiknya untuk bisa lebih baik dari teman-teman  yang  lain.  Cara  lain  untuk  memberikan  dorongan  semangat  adalah memberikan instruksi atau arahan menggunakan kalimat-kalimat atau isyarat yang membangkitkan  keoptimisan  pada  diri  siswa,  bahwa  ia  akan  mampu  mencapai keberhasilan  melakukan  gerakan  melalui  mempraktikkan  berulang-ulang.  Pujian perlu  diberikan  apabila  siswa  berhasil  dengan  baik  mempraktikkan  gerakan,  dan dorongan untuk berusaha lagi diberikan kepada siswa yang belum berhasil dengan baik.

B. Saran
Diharapkan manajemen olahraga yang baik terus berkembang, sehingga pencapaian prestasi yang diharapkan akan tercapai dengan baik.



Share on Google Plus

About aruhiyatna

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment

1 comments:

  1. Terimakasih infonya sangat bermanfaat sekali, jangan lupa kunjungi juga Sejarah Sepak Takraw

    ReplyDelete